INI LAH CERITA PEMENANG LOMBA cjr DI LEUTIKA PIBLISHER... sangat menghibur..
Risah Icha Az-zahra
8/26/2010 12:33:00 PM
0 Comments
Angkot oh Angkot
Dikirim: 04-06-2010 07:39
Pengirim: leutika publisher
Kot, kenapa sih kot kamu jalannya lelet banget kayak kura-kura ngebakul tas rensel? Kamu tahu ga kot, aku tuh kadang sebel buangeet sama kamu. Duuuh, pelannya minta ampun. Ga kasihan apa sama aku yang sedang terburu-buru? Selalu buat ku dongkol dan ngedumel meski selalu ku endapkan ocehan ku ini dihati ku. Oalah kot, bisa-bisa aku stress dibuat mu. Tiap hari lho, kot… Angkot oh angkot… Kadang kamu jadi pahlawan penyelamat mengantar ku ke mana saja yang ku inginkan. Jasa mu tiada tara meski aku mempunyai impian untuk meninggalkan mu kot, tapi ternyata kita masih berjodoh dipertemukan karena kondisi yang tak mengizinkan ku untuk mengganti mu dengan motor pribadi yang ingin ku miliki. Tapi kot, ya itu tadi, belum ada rezeki kot. Aku tahu kamu selalu berhenti ketika melihatku. Oh,,,terlalu sayangkah kau pada ku kot? Wanita mana yang tak ingin diperhatikan? Haha… Meski oleh supir angkot.
Suatu hari kau begitu menawan dengan tancapan gas mu yang aduhai membuai diriku yang sedang diselimuti sepi. Desisan angin pun berkata bahwa kita adalah harapan. Harapan yang membawa mereka naik turun lajunya. Mengipas-ngipaskan oksigennya padaku. Demen aku dibuai mu, kot hingga suatu hari aku pun pernah tertidur di dalam angkot. Ah, dasar aku nya saja yang tumor! ck..ck…
Angkot oh angkot… Setelah aku tersanjung pada mu, mengapa kau patahkan harapanku ini. Kau kecewakan aku, kot! Duh, sakit rasanya kot. Tsssaaah… lebay! Apatah lagi ketika kepindahanku di kosan yang baru, aku harus mengayuh jarak yang tak biasa ditempuh oleh jalan kaki. So, mau tak mau lagi-lagi aku harus meminta jasa mu untuk sekedar mengantkarkan ku lewati trotoar, lewati lampu merah, lewati kemacetan yang bikin jantung naik turun, lewati polisi yang mencari-cari kesempatan dalam kesempitan dan satu hal lewati keangkuhan manusia kota. Aku tahu benar itu adalah tugas mu meski kau tak pernah sekalipun diapresiasi. Oh… tentu ku yakin kau ikhlas bukan melakukannya? Ya, tentu! Aku yakin itu. Dan please dech kot! Sudah terlalu banyak kejadian yang mengecewakan. Sehingga gatal rasanya jari ini untuk meluapkannya.
Pertama, ketika aku terburu-buru menuju kantor. Ketika itu jam menunjukan jam 8.30. dan aku diwajibkan datang ke kantor jam 9.00 teng! Tapi apa? Kau malah berleha-leha sambil melihat kanan-kiri. Apa untungnya? Toh, di depan sana pun sembari melaju tentu ada penumpang yang menjadi perantara pemberi rezeki mu hari ini. Lamaaa.. nian kau tinggal di persimpangan jalan. Padahal sudah terbilang penumpang mu itu satu, lima, tujuh. Kurang apa lagi? Nungguin satu orang untuk mengisi di bangku depan? Sampai kapan? Lima menit, sepuluh, lima belas, sampai tiga puluh… Arrrrrgh… Jelas aku telat kot! Ingin bicara takut kau tersinggung. Ingin mendumel, apa untungnya? Jadilah aku diam seribu bahasa dengan menelan pil pahit bernama kekesalan. Hatiku meringis, kot! Dan satu hal bau debu pun berjejalan menyerbu seragam kantor ku. Huaaah… Teganya kau, kot!
Kedua, masih ingat benar dalam memori ku. Ketika itu, tak seperti biasanya aku tak menyiapkan uang pas dua ribuan. Nukerin sama temen tak ada. Sementara uang kecil di dompet ku bernilai dua puluh ribu. Ku pikir, ah… pasti kau akan mengembalikan. Aku pun dengan PD-nya naik angkot tanpa memikirkan nanti bagaimana. Dan ku lihat di dompet mu yang kau selipkan disela-sela laci setiran mu, begitu banyak uang recehan tersusun rapih. Aha! PD ku semakin menjadi. Masih dengan keleletan mu, aku mengipas-ngipas leher ku yang berlumuran keringat. “Kiri… Kiri…” Aku pun menyetop dirimu di tempat tujuan. Kala itu lampu sedang hijau. Aku turun. Lalu ku asongkan uang dua puluh ribuan. Aku tunggu kau tapi menghitung saja rasanya lama. Setelah kau mengembalikan uang ku, ku pikir pasti kembalinya delapan belas ribu. Aku hitung kembali uangnya, lalu setelah ku selesai menghitung. “Kooot… Kurang…” Dirimu kabur melarikan diri. Oalaaah… Pie toh? Masa kembaliannya tiga belas ribu? Itu artinya tarif dari biasanya dua ribu berubah menjadi tujuh ribu. Peraturan dari mana itu? Hiks… batinku menangis. Tapi tak apalah, itung-itung amal. Namun, tetap saja tak bisa dibohongi. Hati ini gondok dibuatnya. Dasar Angkot!
Episode ketiga bersama angkot adalah saat ku temukan Bapak bermata sipit yang sangatlah sayu dengan tak mau diamnya gerak ke sana-kemari. Aku pikir, dia orang kantoran. Aku cuek bebek bukan main. Dia pun telpon seseorang. Entah, rasanya kok seperti mengada-ngada telponnya itu. Seolah hanya ingin memamerkan bahwa ia punya handphone. Ueks, Norak! Aku balikan badan ku ke depan dengan tetap memainkan hp ku untuk sms teman kantor. Lama-lama kok bapak itu semakin mendekatiku? Dasar si aku yang basiknya jutek, tak peduli dan tak mau tahu. Si bapak itu pindah duduk ke muka angkot. Aku pun ditoel-toeli oleh mba yang kini duduk disampingku. Aku pikir, hanya tersenggol lama kelamaan kok si mba nya ga mau diem. Aku pun mulai bergeser ke space yang lebih aman. Sesampainya di tempat tujuan. Si mba yang noel aku pun turun dan berujar, “Tahu ga mba, itu tuh pencuri!” dan aku pun menjawab dengan sontaknya, “Hah? aku dicuri? Sama siapa?” dan si mba pun menempelkan telunjuknya dibibirnya dengan tak lupa memonyongknnya. Aku pun digeret oleh si mba. “Duuuh,,,aku lega kalau mba turun di sini, dari tadi tuh aku khawatir. Mba kan dari tadi smsan, itu tuh yang bapak-bapak ga mau diem itu pencuri mba! Aku sering kedapatan dia mengambil barang orang! Makannya aku dari tadi noel-noel mba, eh si mba nya ga engeh! Tapi untunglah mba turun di sini! Kalau lebih jauh lagi, aku tak tahu nasib mba. Hati-hati mba sekarang banyak modus yang sok pura-pura pegawai kantoran di angkot!” Sampai ujung kalimat itu, aku tercekat! Alhamdulillah,,,untunglah aku masih selamat… Serta merta dalam otak ku muncul pelang besar bertuliskan WASPADALAH!
Wajah bengis hati romantis. Jiaaah… Mungkin itulah yang aku lihat di wajah tua si supir angkot itu. Mungkin beban hidup terlalu berat ia jalani. Hingga alisnya pun selalu mengkerut dengan bibir tengkurap layaknya bulan sabit yang terjungkal. Sungguh, aku terbawa melihat ekspresi raut wajah itu. Aku sering kali berkata dalam hati, “Pak… Jangan cemberut mulu dunk lihat betapa indahnya jalanan ini jika kau tahu mengapa Tuhan cemplungkan kau ke jalan raya!” Sayang, ia selalu mengendap dalam hati tak lantas mengudara lewat kata.
Di dalam kesulitan pasti ada kemudahan dan inilah sedikit tips jitu cara mengobati hati yang dongkol oleh si Angkot, check it out!
1. Antisipasi terlebih dahulu sebelum naik angkot. Sebelum memberhentikan angkot pasti kamu lihat donk gimana tuh angkot jalannya? Lihat lajunya angkot tersebut, pelan, sedang atau the flash? Kalau bisa sih pilih tuh yang the flash kalau kamu-kamu sedang diuber-uber waktu. Tapi kalau sedang ingin nyantai pakailah yang lajunya sedang. Jangan mau dech kena rayuan si abang angkot. Misal, “Ayo neng,,,ayo neng langsung…” Huuuh,,,rayuan gombal itu namanya. Percaya dech pasti dia bakalan ngetem. Kecuali kalau kamu lihat udah lumayan banyak penumpangnya, maka masuklah…
2. Jika kamu terlanjur masuk dan ternyata si angkot leletnya minta ampun, maka tanyalah sama si abang supirnya, Bang, masih lama tah? Kalau lama saya turun di sini aja bang! Tapi inget ga pake emosi ya… Bagaimanapun Abang Angkot juga manusia. Kasih dech setengah ongkos.
3. Ketika menemukan supir angkot yang mengendarainya the flash seperti naik halilintar maka pegang eratlah pada bangku yang kalian duduki. Atau pada gantungan yang biasa digunakan kernet-kernet. Oooy… Bang… Bawa orang ni bang bukan bawa barang!
4. Siapkan selalu amunisi sebelum perang. Lho? Lha iya, naik angkot kan perlu amunisi. Amunisinya apa? Amunisinya tentu UUD, Ujung-ujungnya Duit. Sediakan uang pas untuk bayar tuh angkot kecuali jika kalian ingin beramal! Agar tak terjadi kejadian “Kembalian Lari” seperti yang pernah dialami oleh si aku!
5. Waspada! Yupz, selalu harus waspada. Kata bang Napi, waspadalah.. Karena kejahatan bisa terjadi dimana saja selama ada kesempatan. Betul? Yupz, antisipasi terhadap modus kejahatan bisa dengan cara lebih berhati-hati dalam membawa barang-barang berharga seperti handphone, dompet dan lain sebagainya. Jika kalian pake tas ransel maka peganglah selalu seleting yang menghubungkan antara pembuka & penutup, pastikan tidak terbuka. Dan jangan pamer di dalam angkot. Pake angkot aja kok pamer. Kalau mau pamer pake mobil Fortuner sekalian.
Home
Copyright © 2010 leutika.com
Dikirim: 04-06-2010 07:39
Pengirim: leutika publisher
Kot, kenapa sih kot kamu jalannya lelet banget kayak kura-kura ngebakul tas rensel? Kamu tahu ga kot, aku tuh kadang sebel buangeet sama kamu. Duuuh, pelannya minta ampun. Ga kasihan apa sama aku yang sedang terburu-buru? Selalu buat ku dongkol dan ngedumel meski selalu ku endapkan ocehan ku ini dihati ku. Oalah kot, bisa-bisa aku stress dibuat mu. Tiap hari lho, kot… Angkot oh angkot… Kadang kamu jadi pahlawan penyelamat mengantar ku ke mana saja yang ku inginkan. Jasa mu tiada tara meski aku mempunyai impian untuk meninggalkan mu kot, tapi ternyata kita masih berjodoh dipertemukan karena kondisi yang tak mengizinkan ku untuk mengganti mu dengan motor pribadi yang ingin ku miliki. Tapi kot, ya itu tadi, belum ada rezeki kot. Aku tahu kamu selalu berhenti ketika melihatku. Oh,,,terlalu sayangkah kau pada ku kot? Wanita mana yang tak ingin diperhatikan? Haha… Meski oleh supir angkot.
Suatu hari kau begitu menawan dengan tancapan gas mu yang aduhai membuai diriku yang sedang diselimuti sepi. Desisan angin pun berkata bahwa kita adalah harapan. Harapan yang membawa mereka naik turun lajunya. Mengipas-ngipaskan oksigennya padaku. Demen aku dibuai mu, kot hingga suatu hari aku pun pernah tertidur di dalam angkot. Ah, dasar aku nya saja yang tumor! ck..ck…
Angkot oh angkot… Setelah aku tersanjung pada mu, mengapa kau patahkan harapanku ini. Kau kecewakan aku, kot! Duh, sakit rasanya kot. Tsssaaah… lebay! Apatah lagi ketika kepindahanku di kosan yang baru, aku harus mengayuh jarak yang tak biasa ditempuh oleh jalan kaki. So, mau tak mau lagi-lagi aku harus meminta jasa mu untuk sekedar mengantkarkan ku lewati trotoar, lewati lampu merah, lewati kemacetan yang bikin jantung naik turun, lewati polisi yang mencari-cari kesempatan dalam kesempitan dan satu hal lewati keangkuhan manusia kota. Aku tahu benar itu adalah tugas mu meski kau tak pernah sekalipun diapresiasi. Oh… tentu ku yakin kau ikhlas bukan melakukannya? Ya, tentu! Aku yakin itu. Dan please dech kot! Sudah terlalu banyak kejadian yang mengecewakan. Sehingga gatal rasanya jari ini untuk meluapkannya.
Pertama, ketika aku terburu-buru menuju kantor. Ketika itu jam menunjukan jam 8.30. dan aku diwajibkan datang ke kantor jam 9.00 teng! Tapi apa? Kau malah berleha-leha sambil melihat kanan-kiri. Apa untungnya? Toh, di depan sana pun sembari melaju tentu ada penumpang yang menjadi perantara pemberi rezeki mu hari ini. Lamaaa.. nian kau tinggal di persimpangan jalan. Padahal sudah terbilang penumpang mu itu satu, lima, tujuh. Kurang apa lagi? Nungguin satu orang untuk mengisi di bangku depan? Sampai kapan? Lima menit, sepuluh, lima belas, sampai tiga puluh… Arrrrrgh… Jelas aku telat kot! Ingin bicara takut kau tersinggung. Ingin mendumel, apa untungnya? Jadilah aku diam seribu bahasa dengan menelan pil pahit bernama kekesalan. Hatiku meringis, kot! Dan satu hal bau debu pun berjejalan menyerbu seragam kantor ku. Huaaah… Teganya kau, kot!
Kedua, masih ingat benar dalam memori ku. Ketika itu, tak seperti biasanya aku tak menyiapkan uang pas dua ribuan. Nukerin sama temen tak ada. Sementara uang kecil di dompet ku bernilai dua puluh ribu. Ku pikir, ah… pasti kau akan mengembalikan. Aku pun dengan PD-nya naik angkot tanpa memikirkan nanti bagaimana. Dan ku lihat di dompet mu yang kau selipkan disela-sela laci setiran mu, begitu banyak uang recehan tersusun rapih. Aha! PD ku semakin menjadi. Masih dengan keleletan mu, aku mengipas-ngipas leher ku yang berlumuran keringat. “Kiri… Kiri…” Aku pun menyetop dirimu di tempat tujuan. Kala itu lampu sedang hijau. Aku turun. Lalu ku asongkan uang dua puluh ribuan. Aku tunggu kau tapi menghitung saja rasanya lama. Setelah kau mengembalikan uang ku, ku pikir pasti kembalinya delapan belas ribu. Aku hitung kembali uangnya, lalu setelah ku selesai menghitung. “Kooot… Kurang…” Dirimu kabur melarikan diri. Oalaaah… Pie toh? Masa kembaliannya tiga belas ribu? Itu artinya tarif dari biasanya dua ribu berubah menjadi tujuh ribu. Peraturan dari mana itu? Hiks… batinku menangis. Tapi tak apalah, itung-itung amal. Namun, tetap saja tak bisa dibohongi. Hati ini gondok dibuatnya. Dasar Angkot!
Episode ketiga bersama angkot adalah saat ku temukan Bapak bermata sipit yang sangatlah sayu dengan tak mau diamnya gerak ke sana-kemari. Aku pikir, dia orang kantoran. Aku cuek bebek bukan main. Dia pun telpon seseorang. Entah, rasanya kok seperti mengada-ngada telponnya itu. Seolah hanya ingin memamerkan bahwa ia punya handphone. Ueks, Norak! Aku balikan badan ku ke depan dengan tetap memainkan hp ku untuk sms teman kantor. Lama-lama kok bapak itu semakin mendekatiku? Dasar si aku yang basiknya jutek, tak peduli dan tak mau tahu. Si bapak itu pindah duduk ke muka angkot. Aku pun ditoel-toeli oleh mba yang kini duduk disampingku. Aku pikir, hanya tersenggol lama kelamaan kok si mba nya ga mau diem. Aku pun mulai bergeser ke space yang lebih aman. Sesampainya di tempat tujuan. Si mba yang noel aku pun turun dan berujar, “Tahu ga mba, itu tuh pencuri!” dan aku pun menjawab dengan sontaknya, “Hah? aku dicuri? Sama siapa?” dan si mba pun menempelkan telunjuknya dibibirnya dengan tak lupa memonyongknnya. Aku pun digeret oleh si mba. “Duuuh,,,aku lega kalau mba turun di sini, dari tadi tuh aku khawatir. Mba kan dari tadi smsan, itu tuh yang bapak-bapak ga mau diem itu pencuri mba! Aku sering kedapatan dia mengambil barang orang! Makannya aku dari tadi noel-noel mba, eh si mba nya ga engeh! Tapi untunglah mba turun di sini! Kalau lebih jauh lagi, aku tak tahu nasib mba. Hati-hati mba sekarang banyak modus yang sok pura-pura pegawai kantoran di angkot!” Sampai ujung kalimat itu, aku tercekat! Alhamdulillah,,,untunglah aku masih selamat… Serta merta dalam otak ku muncul pelang besar bertuliskan WASPADALAH!
Wajah bengis hati romantis. Jiaaah… Mungkin itulah yang aku lihat di wajah tua si supir angkot itu. Mungkin beban hidup terlalu berat ia jalani. Hingga alisnya pun selalu mengkerut dengan bibir tengkurap layaknya bulan sabit yang terjungkal. Sungguh, aku terbawa melihat ekspresi raut wajah itu. Aku sering kali berkata dalam hati, “Pak… Jangan cemberut mulu dunk lihat betapa indahnya jalanan ini jika kau tahu mengapa Tuhan cemplungkan kau ke jalan raya!” Sayang, ia selalu mengendap dalam hati tak lantas mengudara lewat kata.
Di dalam kesulitan pasti ada kemudahan dan inilah sedikit tips jitu cara mengobati hati yang dongkol oleh si Angkot, check it out!
1. Antisipasi terlebih dahulu sebelum naik angkot. Sebelum memberhentikan angkot pasti kamu lihat donk gimana tuh angkot jalannya? Lihat lajunya angkot tersebut, pelan, sedang atau the flash? Kalau bisa sih pilih tuh yang the flash kalau kamu-kamu sedang diuber-uber waktu. Tapi kalau sedang ingin nyantai pakailah yang lajunya sedang. Jangan mau dech kena rayuan si abang angkot. Misal, “Ayo neng,,,ayo neng langsung…” Huuuh,,,rayuan gombal itu namanya. Percaya dech pasti dia bakalan ngetem. Kecuali kalau kamu lihat udah lumayan banyak penumpangnya, maka masuklah…
2. Jika kamu terlanjur masuk dan ternyata si angkot leletnya minta ampun, maka tanyalah sama si abang supirnya, Bang, masih lama tah? Kalau lama saya turun di sini aja bang! Tapi inget ga pake emosi ya… Bagaimanapun Abang Angkot juga manusia. Kasih dech setengah ongkos.
3. Ketika menemukan supir angkot yang mengendarainya the flash seperti naik halilintar maka pegang eratlah pada bangku yang kalian duduki. Atau pada gantungan yang biasa digunakan kernet-kernet. Oooy… Bang… Bawa orang ni bang bukan bawa barang!
4. Siapkan selalu amunisi sebelum perang. Lho? Lha iya, naik angkot kan perlu amunisi. Amunisinya apa? Amunisinya tentu UUD, Ujung-ujungnya Duit. Sediakan uang pas untuk bayar tuh angkot kecuali jika kalian ingin beramal! Agar tak terjadi kejadian “Kembalian Lari” seperti yang pernah dialami oleh si aku!
5. Waspada! Yupz, selalu harus waspada. Kata bang Napi, waspadalah.. Karena kejahatan bisa terjadi dimana saja selama ada kesempatan. Betul? Yupz, antisipasi terhadap modus kejahatan bisa dengan cara lebih berhati-hati dalam membawa barang-barang berharga seperti handphone, dompet dan lain sebagainya. Jika kalian pake tas ransel maka peganglah selalu seleting yang menghubungkan antara pembuka & penutup, pastikan tidak terbuka. Dan jangan pamer di dalam angkot. Pake angkot aja kok pamer. Kalau mau pamer pake mobil Fortuner sekalian.
Home
Copyright © 2010 leutika.com