Sebelumnya
aku mau tanya dulu, pada tau Annida, kan? Satu-satunya majalah remaja islami. Sekarang
terbit secara Online, meskipun baru-baru ini terbit juga majalahnya dengan system
POD (Print On Demand) tapi belum efektif (sok tau) karena system order yang
ribet dan harga yang lumayan mahal. Tapi aku udah baca nih, hasil pinjam dari
si Ilham.
Yang
belum tau sama sekali, mungkin bisa langsung ke TKP di Annida Online
Nah,
tadi siang, agak sorean dikit, FLP Pekanbaru dapet kesempatan untuk diskusi
sama Pimred (Pimpinan Redaksi) nya. Penulis yang sudah malang melintang di
mana-mana, namanya Mbak Syamsa Hawa. Seperti namanya, orangnya manis banget, enerjik dan humoris.
Acaranya
sih nggak formal-formal amat, diskusi terbuka dan santai banget. Di awali
dengan pembacaan puisinya sang pujangga Pekanbaru, siapalagi kalau bukan bang
Askolani Nst, di lanjutkan dengan kenalan (Mbak Syamsa langsung inget semua
nama-nama yang hadir loh!) dan yang paling panjang cerita kenalannya adalah si
tukang baca puisi. Dari lahirnya di kota yang tak terdeteksi di peta, sampe
gurunya yang dari Madura, semua di ceritain. Baguss..
Berlanjut
ke diskusi. Mbak Syamsa bukan ceramah dan ngasih materi seperti yang biasa di
lakukan metor-mentor penulis lain. Mbak yang sudah Triple ini (satu suami dan
satu anak) memformat acara dengan mengumpulkan cerpen-cerpen yang hadir,
kemudian bukan sulap, bukan sihir, Mbak Syamsa mengoreksinya secara cepat, dan
memberikan komentar, kripik manis dan pedes untuk cerpen itu.
Nah
itu yang bikin aku Bad Mood dan mendadak jadi pendiem. Aku nggak bawa cerpen,
jangankan Print Out, aku bahkan nggak bawa flashdisk yang biasanya terselip
beberapa cerpen geje disana.
Betapa
envy nya melihat cerpen-cerpen yang lain di koreksi dan dinilai, layak di baca
redaktur apa enggak, layak menang nggak, layaknya di muat di majalah apa. Seperti
cerpennya Mulya Abdul sukur yang dinilai layak dimuat di Story, soalnya 16 lembar
ini novelet, bukan cerpen lagi. Jadi penasaran pengen baca.
Oh
ya, boleh deh aku share catatan-catatan kecil yang aku tangkap dari diskusi
tadi. Cekibroootttt……
11. Tulislah paragraph pembuka yang nonjok!
Aku baru denger nih, biasanya denger dari bang Joni
Lis Efendi selalu bilang “Buatlah paragfraf awal yang bombastis”, nah sekarang
yang nonjok. Nonjok orang dulu kali ya baru nulis. Hihi
Mbak Syamsa juga membongkar rahasia redaktur atau
mungkin juga para juri yang menilai dan membaca ratusan cerpen.
Simak baik-baik yaa.. sshhtt… katanyaa… mereka hanya
membaca dua paragraph awal, kalau paragraph biasa aja, dan nggak nonjok, jangan
harap mereka bakal melanjutkan baca. So, buatlah kalimat awal yang nendang
(abis nonjok nendang)
Contoh kalimat biasa:
Namaku Bella, umurku 19 tahun. aku tinggal di jalan Mawar. Aku ingin
sekali membahagiakan orangtuaku…. De es te..
Seharusnya penulis yang ingin beda dari yang lain
jangan lagi menggunakan kalimat ini, mungkin bisa menggunakan dialog, Quote
(kutipan) atau penggambaran suasana yang singkat.
Contohnya cerpen yang terbit di annida berjudul “Akulah
guru terkutuk” yang menulis kalimat pembuka seperti ini :
Langit pagi mendung. Pekat bergelayut.
Pukul enam lewat lima menit waktu di pergelangan tangan. Saya memantapkan diri
mengajar, tetapi dilarang istri. Tak akan ada orangtua yang mengizinkan anaknya
bersekolah, katanya. Saya pandangi langit, menerjemahkan larangan istri saya.
Saya mendekat ke gorden jendela. Saya buka. Angin meruak tajam.
Paragraph awal yang langsung menuju
konflik.
Sebenarnya bisa aja di awali kalimat “Namaku
Bella, aku ….”
Tapi lebih cocok untuk cerita-cerita Humor.
Contohnya “Namaku
Bella, lengkapnya sih Bella sungkawa”
Lucu
kan? Hihi
Oa,
paling banyak dalam 1 paragraf itu 8 baris aja. Lebih dari itu sebaiknya di
mutilasi jadi 2.
Nah, setelah redaktur baca 2 paragraf awal, ia akan
baca ending. Kalau endingnya menarik dan nggak klise (seperti mati, kecelakaan
#gue banget tuh!) baru lah ia akan baca cerpen keseluruhan.
2. Cerpen harus update!
Sesuaikan tema cerpen dengan fenomena yang ada. Mislanya
sekarang dekat Ramadhan. Silahkan tulis cerpen bertema ramadhan, jangan tentang
Valentine pula. Hii
3. Gaya penulisan yang unik.
Ada sebuah cerpen yang di tulis (lupa nama penulisnya)
tanpa dialog, tanpa narasi. Nah lo, bingung kan? Isi cerpennya Cuma conversation
sms aja. Dan itu unik banget.
Ada juga cerpen yang semuanya dialog, atau cerpen yang
Flashback, maju mundur kaya ulekan.
4. Cari ide yang unik, atau cobalah membalik sebuah
fakta.
Contoh : Mae di
gigit kucing. Tangannya berdarah, dan di bawa ke rumah sakit.
Itu biasa banget… coba begini :
Mae Mengigit Kucing
Mae seorang anak dari ibu penyayang kucing, ketika
tangannya sakit, ibu nya masih saja tak memperhatikannya, hanya kucing
paling utama. Karena Mae kesal dan ingin
memukul kucing, sedangkan kedua
tangannya di perban. Jadilah si Mae menggigit kucing. Haha
Segitu dulu deh..
Semoga ada manfaatnya.
Semangat menulisss. Fighting.. ^_-
Eh iya, pulangnya kami dapet “Buku Sakti Menulis Fiksi”.
Horeee…. makasih banget mbak Syamsa Hawa.. semoga Annida bisa cetak lagi dan beredar di agen-agen kaya dulu. Annyeong :)
buku nya langsung di TTD dan dapet short Message pake tulisan korea. ternyata Mbak Syamsa suka Korea dan belajar bahasanya korea. hihi