Ketika kami mendarat di bandara
Soeta, Jakarta jam 20.30 WIB, dan
kami harus menunggu sampai jam 23.30 WIB utuk terbang ke bandara Sentani, Jayapura disinilah keahlian
menghabiskan waktu agar tidak bosan menunggu dikerahkan. Dari duduk mendengar musik,
sampai mencari-cari bule untuk mengasah
kemampuan English atau untuk di ajak ngobrol ngalor ngidul pake bahasaa antah
berantah. hahaha
Malam itu, setelah menjama’ solat magrib dan isya, kami
berfoto ria di ruang tunggu keberangkatan menuju Jayapura. Suasana Papua mulai
terasa karena dinding pembatas semua ditempeli stiker bergambar orang Papua,
ada foto-foto festival lembah baliem , foto-foto orang Papua berkoteka, rumah
honai dan banyak lagi. Sebagian temanku menghabiskan waktu untuk tidur,
sebagian lagi yang tidak tahan gadjetnya mati, sibuk mencari terminal carger,
sedangakan aku duduk manis berusaha menangkap sinyal wifi. Biasa deh, maniak
internet gratisan always do that.
: |
dari kiri : Amak, Aam, Mas Aris, Aku, Aidi, Kak Endang, |
ada taman baca, tapi isinya majalah nggak jelas #atau aku nya yg gak ngerti |
Waktu aku duduk itulah datang seorang Kakek yang aku taksir berasal dari Jepang atau Korea. Beliau sepertinya ingin mengajak bicara, karena dari tadi aku lihat dia berdiri beredar di antara kelompok kami, padahal rombonganya sesama orang bekulit putih dengan umur yang tak jauh beda sedang tertidur dibangkunya. Si Kakek sedang berusaha bercerita dengan bahasa Jepang, dan beberapa temanku yang lain mendengarkan dengan manggut-manggut dan kening berkerut. Tak lama, Taulah aku beliau orang Jepang yang tidak bisa bahasa inggris.
Mulailah aku dan beberapa teman seperti Aam
(asal kata dari Rahmat Hidayat entah dari mana datang nama panggilan Aam,
Risma, dan Amak (asal kata dari Myra)
dll yang lalu lalang, aku berniat menyapa si orang Jepang.
“Hallo Mister Fujiko, watashiwa Risa Desu, Douzu youroshiku Onengai
Shimasu” kataku sambil menjabat tangannya. Respon nya luar biasa karena
senang mendengar akhirnya ada juga yang bisa berbahasa Jepang. Meskipun
pengucapannya belum sepenuhya benar.
Beliaupun mulai berkicau, dan aku mulai bingung, soalnya
bahasa Jepang yang aku tau cuma kata sapaan doang. Selanjutnya aku nggak atau
apa-apa. Hancurlah harapan si Kakek untuk
berbahasa Jepang ria denganku. Hahaha.. maaf ya tukk…
Untuk bertanya selanjutya, aku buka google translate dan mulai
menanyakan dari mana asalnya dan apa tujuannya ke Jayapura. Dia menjelaskan dan
lagi-lagi kami tidak mengerti, yang kami tangkap dari gerakan tangannya,
mungkin dia sedang membuat sebuah proyek di papua.
Mulalah beliau mengeluarkan isi tas kecilnya satu persatu. Ia
menjelaskan peta yang di bawanya, ternyata beliau berasal dari Tokyo, Japang.
Selanjutnya aku tak mengerti apa-apa lagi. muehehehe
Aku terus bertanya menggunakan google translate, beliau jawab
dengan semangat yang aku bisa mengerti cuma kata-kata seperti “Indonesia Kawai
Desu,” yang artinya Indonesia indah sekali.
Obrolan ngalor ngidul kami berlangsung lama, teman-teman lain
sepertinya mulai tertarik dan ikut mengerubungi Kakek dari Jepang ini. Beliau
berusaha semaksimal mungkin untuk bisa berkomunikasi dengan kami. Seperti di
duga, kami hanya manggut-manggut saja tanpa mengerti apa yang dikatakannya. Aku
jadi menyesal, kenapa dulu aku melarikan diri dari les bahasa Jepang yang aku
ikuti bersama Manil, Sahabatku. Kami
sempat ikut kursus bahasa Jepang selama 2 bulan yang di taja organisasi di kampus.
Karena sensei (guru) nya tidak asik, aku tidak tertarik lagi dan melarikan diri
dari pelajaran bahsa jepang yanag membosankan itu, belakangan ku ketahuai manil
juga bernasib sama, sebulan kemudian dia keluar dari les bahasa Jepang itu. Sekarang
baru terasa penyesalannya, andai aku ikuti sampai satu semester saja, pastilah
ada modal sedikit untuk bisa bicara dengan Kakek ini. #penyesalan memang selalu
datang di akhir
Dapet kalkulator dari Kakek
Jepang
Sambil aku melamun, si Kakek sibuk mencari sesuatu dari tas nya.
Kami hanya melongo memperhatikan, tas
nya seperti tas doraemon yang menyimpan banyak barang. Setelah cukup lama
mencari barang dengan gusar, ia mengeluarkan sebuah kalkulator cabe. Kalkulator yang paling sederhana. Dia memberikan
itu ke tanganku, dan menyuruhku untuk mencoba kalkulator kecil itu.
foto kalkulator
Kami yang melihat tertawa-tawa, mungkin dia kira di Indonesia
tidak ada kalkulator. Aku pun mengatakan dengan bahasa isyarat bahwa kami tau
ini dan punya barang ini, aku pun mengembalikan kalkulator itu ke tangannya.
Tapi ia menolak, ia mengembalikan lagi kalkulator itu ke tanganku dan mengatakan
dengan basa isyarat bahwa kalkulator itu untuk aku.
Waaahh. Kami langsung tertawa, senang sekali rasanya dapat kalkulator
dari Kakek Jepang ini. Aku langsung membungkukkan badan sambil mengatakan arigatou’
berkali-kali ala orang Jepang. Temanku
melirik dengan pasang muka pengen. Aku tinggalkan teman-temanku dengan Kakek Jepang
ini, siapa tau si Aam bisa memancing si Kakek untuk mengeluarkan hadiah lain
dari tas doreaemonnya.
Aku menuju tumpukan tas ranselku, dan mencari-cari kira-kira barang
apa yang bisa aku berikan untuk si Kakek Jepang. Dapatlah sebuah bulpen alias
Pena jatah yang di berikan waktu kami prakondisi dari Kementrian Hukum. Pena itu
ada tulisan Kementrian Hukum Indonesia.
Ada lambang hukumnya juga. Cucok banget laah pena ini ku ikhlaskan untuk si Kakek Jepang.
Aku kembali ke kerumunan teman2 dan kakek yang masi
bersemangat bicara dengan bahasa isyarat. Aku pun memberikan pena itu ke
tangannyaa, dan menjelaskan bahwa di pena ini ada lambang kementrian hukum
Indonesia. Ini adalah kenang-kenangan untuk si Kakek. Berbekal google translate
lagi, akhirnya Kakek mengerti dan senang luar biasa. Ia membungkukkan badan
tanda terimakasih dan terus tertawa
kayak abis menang lotre. Hahaha. Itu pena gratisan doang kali kek…
Karena malam semakin larut, aku mencoba menyarankan si Kakek
untuk istirahat, lagi-lagi dengan google translate, kami berpisah dengan Kakek,
karena kakek itu aku suruh tidur sambil menuggu penerbangan ke jayapura sekitar
1,5 jam lagi.
Sebelum boarding, ketika aku duduk-duduk dengan Aam, risma,
rika dll. Tiba-tiba ada seorang bapak yang menghampiri kami.
“Maaf, Ini Lisa bukan?” Tanya seorang bapak berkacamata yang berlogat
Jakarta banget.
Ketika aku menoleh, bapak ini datang bersama Kakek Jepang
tadi. Ternyata si Kakek mencari aku dan masih mengingat namaku dengan baik.
Walaupun huruf R nya sudah berganti jadi L. kekurangan orang Jepang yang tidak
bias mengucapkan huruf R.
Si Kakek Jepang ternyata meminta guidenya mencariku, dan
menanyakan kami ini rombongan apa. Si guide juga menjelaskan tujuan para Kakek
ini ke jayapura. Ternyata tujuan mereka jauh-jaauh dari Jepang adalah untuk
ziarah ke kuburan orang tuanya yang meninggal waktu perang di Merauke. Mereka
akan berdoa di kuburan orangtuanya. Menjenguk kuburan ortunya sebelum mereka
menyusul masuk kubur. Pasti mereka sudah menabung sejak muda untuk bisa
mencapai perjalanan sejauh dan semahal ini.
Barulah kami membulatkan mulut dan mengeluarkan suara “oooooooooo…”
sama-sama. Ketika Kakek tau bahwa kami adalah guru yang akan mengajar di pelosok
papua, dia langsung mengacungkan jempolnya berkali-kali memuji keberanian kami.
Ya, kami memang agak nekat kek. Doakan kami yaa.. hehehe…
Dan ternyata dari tadi guidenya sedang tidur, si Kakek segan
membangunkannya, jadilah dari tadi kami bicara pake bahasa isyarat dan nggak
nyambung sama sekali. Tawa kami pun pecah di ruang boarding itu. Hahaha…
Bertemu Lagi di
Pesawat.
Seperti yang sudah ku duga, kami bertemu lagi di pesawat.
Entah karena dunia ini sempit, ternyata si Kakek duduk sebaris denganku. Dia membagi-bagikan
permen dari Jepang. Dan terus menerus menyapaaku. Beliau juga mencoba mengajak
Amak dan Inda yang duduk di sebelahnya untuk bicara, tpia sepertinya Inda tidak
berminat dan mencoba pura-pura tidur. Kasian si Kakek aktif ini. Hihihi..
Setelah hampir 6 jam terbang, sampai di bandara Sentani
Jayapura kami transit untuk melanjutkan penerbangan ke Wamena, ibu kota Jayawijaya. Sedangkan si Kakek melanjutkan
penerbangan ke Merauke. Pisah deh
sama si Kakek jepaang. Aku sempat membungkukkan badan berkali-kali tanda
terimakasih dan senang bertemu dengannyaa. Ia yang masih duduk di bangku
menundukkan kepalanya tanda membalas salam perpisahanku.
Da….daaah Mr. Fujiko.. semoga selamat sampai tujuan dan
terimakasih kalkulator cabe nya. Hahaha… terimakasih juga atas pengalaman
komunikasi bahasa isyaratnya. Hahahaa..
#penyesalan memang selalu datang di akhir.. ya iyalah, diawal mah itu pendaftaran :D
BalasHapusjordan shoes
BalasHapusoff white jordan 1
off white clothing
kyrie 7
kyrie irving shoes
supreme clothing
moncler coat
bape
jordan 1 low
cheap jordans
best replica bags online 2018 replica hermes bags l4q40i4w84 replica bags bangkok 7a replica bags meaning my link n9a18p2u89 replica bags philippines greenhills best replica bags online 2018 gucci replica handbags n5z57f0q52 replica bags lv
BalasHapuse3o66l6n97 e5t81d2o41 w5b65d5d71 j4y42k8u95 q3q04j4m87 v1r98m5b25
BalasHapusv7i67c4e85 l9z72j2g02 q5y17s8q61 b0c41i1r88 i7e81a2m90 y0l15p7s37
BalasHapusgoyard bag
BalasHapusyeezy 500 blush
off white outlet
supreme
off white nike
kobe byrant shoes
kd 12
golden goose outlet
bape outlet
off white nike