Berat
rasanya kembali ke tempat pengabdian setelah sebulan lebih liburan di kota.
Rasa malas mulai menggeluti jiwa, bosan dan masih ingin menikmati hidup di
kota. Masih belum siap mental menghadapi dinginnya Hitigima, masih belum
sanggup mandi dan mencuci di kali yang airnya seperti batu es. Masih belum
rela meninggalkan kota dengan segala keramaian dan hirup pikuknya dan mengganti
dengan Hitigima yang sepi melompong.
Untunglah
ketika kembali ke Hitigima ada teman dari UNESA
yang mau berkunjung ke posko ku. Jadi agak semangat pulang ke posko. Secara
jarang ada yang datang ke Hitigima, jadi kalau ada tamu senengnya bukan main.
Selain bikin rame, juga ada yang bikin semangat masak. Biasanya kalo cuma
berdua doang kami malas banget masak. Muehehe. Sebelumnya si Marrio ini juga
sudah pernah berkunjung ke beberapa posko teman2 lain. Cerita dari tempat
tugasnya juga pernah aku post di postingan “Di Papua Ada Paman Yang TegaMembakar Tangan Keponakannya!.”
Kali
ini mau mau ceritan keadaan sekolah dan siswaku setelah satu bulan libur
sekolah. Keadaan mereka sangat menggenaskan! Jauh dari perkiraanku. Yang aku
bayangkan ketika sampai di sekolah adalah mengolah nilai dan membagikan raport
semester 1 dengah kehebohan yang sama
seperti layaknya sekolah yang bagi raport tiap semester. Tapi kenyataannya,
sampai saat ini (seminggu setelah liburan) belum ada penampakan raport murid.
Entah dimana letaknya. Beberapa guru
yang aku tanya hanya menggeleng sambil menaikkan sebelah bahunya pertanda tidak
tau. Kepala sekolah juga ketika di tanya jawabnya berputar-putar sampe ke
merauke (saking jauhnya). Guru-guru juga tidak ada yang keliatan batang
hidungnya. Hanya aku dan Hotma, serta Kepala Sekolah yang sibuk di rumahnya.
Belum
selesai kebingunganku dengan raport, ketika masuk kelas aku kembali tecengang
dengan perubahan muridku. Mereka seperti gelas kosong yang baru selesai ditumpahkan
isinya. Ketika aku berikan soal penjumlahan ribuan dengan system simpan. Semua
dapat nol kecuali 1 orang. Si tompos yang memang paling pintar di kelas.
Khawatir mereka juga lupa cara mengurang, buru-buru aku berikan mereka soal
pengurangan puluhan dengan system pinjam. Lagi-lagi aku di buat naik darah,
karena hanya tompos yang bisa mengerjakan. Padahal sebelum libur, materi
penjumlahan dan mengurangan sudah sampai pada angka puluh ribuan. 90% muridku
di kelas III sudah bisa mengerjakannya. Tapi Setelah libur malah hanya satu orang yang masih nyambung.
Ya sallaaaammm…. Aku tepok jidat berkali-kali.
Belum
lagi ketika belajar bahasa Indonesia. Semua mendadak amnesia. Jangankan mengeja
3 suku kata. Huruf A aja lupa. Wadduh… mendadak kepalaku jadi gatal parah. Aku
tes anak yang lainnya. Si Tien Asso yang tadinya sudah khatam buku belajar
membaca. Harusnya di sudah bisa membaca 4 suku kata dan membaca kalimat mudah.
Tapi ternyata.. mengejanya parah… yang sudah di eja sebelumnya, dia akan lupa.
Si Jelti Lokobal penyakitnya juga sama. PEM-BE-RI-TA-HU-AN sudah di ejanya
setengah mati. Tapi ketika aku suruh baca dari awal maka dia hanya akan membaca
PE-TA. Gubrak! Huruf lain entah kemana di buangnya. Begitu juga membaca kata
yang lebih dari 2 suku lainnya. Seperti
MEM-BE-RI, maka hanya akan di baca ME-RI, SE-GE-RA di baca SE-RA. Addduuuh…… mendengar
mereka mengeja, giliran perutku yang sakit. Rasanya pengen teriak sambil
lari-lari sambil kayang lapangan sekolah.
Malamnya,
langsung kami buka lapak les. Ada 10-15 orang yang hadir, meskipun tidak
sebanyak biasanya, tapi aku dan hotma sudah cukup stress, melihat kanyataan otak
mereka yang sepertinya dikosongkan ketika libur natal dan tahun baru.
Yang
udah mereka pelajari selama 4 bulan di
semester 1 kayaknya sia-sia aja. Nggak ada nempelnya dikitpun! Ibarat gelas
yang isinya sudah tumpah. Kosong melompong. Stres aku memikirkan bagaimana
nasib mereka selanjutnya. Dan mau apakan anak-anak polos ini. Ya Allah..
berilah petunjuk… #sujud di pojok kelas
Kondisi di daerah pelosok emang gitu banget ya? Sampe kelas V baca aja masih tersengal-sengal...
BalasHapusGue bisa memahami sih gimana stresnya mengajar anak2 yang diajarin sepelan mungkin masih aja kesulitan. Tapi gak bisa sepenuhnya nyalahin mereka. Faktor lingkungan juga pengaruh besar..
Tetep semangat yak! Walopun jauh dari keramaian dan suasana kota. Nanti juga ada waktunya buat balik lagi :D
Kalau saya udah gak sanggup itu kak...
BalasHapusKalau nggak bentak ya kabur keluar...
Makanya nya saya gak ada niat jadi guru...
BalasHapusVIDEO : kreasi LAGU WAJIB NASIONAL INDONESIA Masa Kini :PERSATUAN INDONESIA
"kreasi LAGU WAJIB NASIONAL INDONESIA Masa Kini : Persatuan INDONESIA"
https://www.youtube.com/watch?v=6hu5dGjrAHk
*Antena Tv Bagus, Antena Tv Rakitan, Antena Tv Digital
*Antena Tv Sederhana, Antena Tv yang Bagus, Antena Tv LED
*Antena Tv wajanbolic, Antena Tv UHF, antena Tv tanpa boster, cara buat antena tv
Nonton TV LEBIH ASYIK, dengan AntenaTV Bagus Wajanbolic
http://antenatv-rakitan.blogspot.com
Batik KHAS Bekasi dgn CORAK/MOTIF yg sesuai PAKEM & FILOSOFI BATIK BEKASI
http://khasbatik.blogspot.com