Seumur-umur, 12 tahun di Pekanbaru,
4 tahun di Jakarta, 4 tahun di Kampar, dan 4 tahun di Pekanbaru.. aku belum
pernah ngerayain yang namanya tahun
baru. Biasanya temen-temen yang lain kalau tahun baru pasti jalan-jalan ke luar
rumah, nongkrong-nongkrong di tepi jalan menunggu jam 12.00. atau kalau di Pekanbaru
yang terkenal jadi pusat nongkrong kalau tahun baru itu adalah kawasan purna
MTQ. Biasanya bakal macet parah, kalau udah pergi kesana pasti pulangnya bisa-bisa
subuh.
Ada
juga kebiasaan bakar ayam dan kumpul-kumpul di depan rumah. Menghindari gilanya
macet di malam pergantian tahun.
Biasanya sekeluarga ngumpul bareng tetangga-tetangga juga untuk ngumpul-ngumpul
di halaman rumah. tapi Cuma segelintir keluarga yang ikutan rempong di akhir
tahun. Kebanyakan memilih nonton tv dirumah. Atau yang paling ngenes, langsung
tidur.
Beda
banget sama di Wamena, Kab. Jayawijaya, Papua. Tempat aku nghabiskan liburan
natal dan tahun baru yang hampir sebulan.
Selama liburan aku keliling posko teman-teman di distrik asotipo dan
asolokobal, selain untuk merasakan bagaimana posko mereka, juga untuk menghemat
biaya hidup. Karna makannya nebeng. Hahaha…
Bosen
di kampung, kami pun merantau ke kota. Ada beberapa kenalan buat di jadikan
tempat nginap. Salah satunya di rumah Pak Rais. Seorang polisi asal Ambon yang
punya istri orang makassar. Istrinya penjual kue grosiran (sakingnya banyaknya)
yang walaupun cerewet tapi baik nya ampun ampunan..
Ibu
bhayangkari yang kaya dari jualan kue ini biasa kami panggil mamak. Ada juga
beberapa yang manggil Mami. Dirumah ini setiap weekend selalu rame. Ada 6
sampai 20 orang yang selalu nginap di rumah ini. Dari 66 orang SM3T asal Riau
dan Kalimantan, 80 % nya pernah menginap disini. Semua biaya makan mamak rais
yang tanggung. Subhanallah… semoga Allah memurahkan rezki keluarga Pak Rais.
Amin..
Dirumah
inilah kami di ‘paksa’ menginap di malam tahun baru. Siangnya mamak udah
rempong ngajakin anak-anak angkatnya musyawarah mau bikin apa buat nanti malam.
Setelah perdebatan yang cukup alot, akhirnya diputuskan bakal bakar ayam 8 ekor
dan bakar jagung. Selain itu mamak jugaa buat wedang jahe, dan kue-kue
pastinya.
Jadilah
sore itu kami sibuk, ada yang ke pasar, ada yang cari tempurung kelapa, ada
yang sibuk nyari pinjeman speaker, nyari pinjeman mic dan ada yang sibuk buat kue. Itu aku. Karna
aku pengen bikini kue buat Nangborunya Hotma. Ini dia kuenya.
ini ada tulisan Happy new year. malah ada "dari Risa" nya di samping. muhehehe |
sesi penyerahan kue tahun baru... dari Kiri : Aan, Nangborunya Hotma, aku dan Sani :D |
with hotma and Sani (anaknya Bou Hotma) |
Malamnya,
setelah sholat isya, kami mulai gelar lapak di tepi jalan. Tepat di samping
mall Wamena. Di dendangkanlah lagu dangdut, dan aksi karokean di tepi jalan pun
di mulai. Sembari karokean, ayam dan jagung mulai di bakar. Kue-kue pun di
hidangkan. Ajibbb….
Aku
kira Cuma mamak rais aja yang terlalu semangat ngerayain tahun baru. Ternyata
tetangga yang di samping rumah juga heboh banget. Pake pasang tenda segala
lagi. Mereka juga ngeluarin dua speaker besar dan menghidupkan lagu kuenceng
banget. Tapi ada satu lagu khas papua yang kalau ada acara-acara selalu di
pake. Jadilah kami ikutan gabung joget Ge
mu fa mi re. lagu ini juga di jadikan sebagai lagu pengiring senam di
beberapa sekolah di Wamena.
Kelar
beberapa lagu, kami kembali ke lapak semula dan ikutan jogged-joged nggak jelas. aku sih seksi dokumentasi dan seksi makan hasil jagung yang udah di bakar.
Yang lain sibuk jogged-joged, gue sibuk makan. #ya allah.. gimana berat badan
gak naik 10kg!
cara gaul supaya gak pedih kena asap. hahaha |
si Mama semangat banget nyanyinya :D yang lain sibuk joged-joged |
Belum
jam 9. Petasan dimana-mana udah menggelegar di langit. Nggak tanggung-tanggung,
masyarakat Wamena rata-rata kalau bakar petasan nggak yang harganya ratusan
ribu! Pak Rais aja buat beli petasan doang menghabiskan 2,5 juta lebih. Mending
duitnya di beliin bakso dapet sama gerobaknya sekalian tuh.
Sampai
jam 2 malam, di langit masi dihiasi dengan petasan warana-warni yang medeka
berulang kali. Aku dan temen-teme sempat keliling Wamena cek warga. Ternyata
dimana-mana emang pada ngidupin petasan. Pantesan aja di langit nggak pernah
sepi kerlip-kerlipnya. Bedanya sama tahun baru di kota-kota besa, semisal Pekanbaru, disini rame,
tapi nggak macet. Dan pemerintah kabupaten nyediain ratusan petasan untuk
memeriahkan malam tahun baru. Jadi dari depan kantor bupati, sampe larut malam
pun tuh petasan masih belum berhenti menghiasi langit. Selain itu, Bupati dan
jajarannya serta masyarakat juga pawai keliling kota Wamena sampai pergantian
tahun. Pokoknya tahun baruan di Wamena heboh banget deh. Kerasa banget disini
Kristen adalah mayoritas.
Ketika natalan berasa lebaran
25 Desember
di Wamena itu suasananya jauhh berbeda dengan 25 Desember di Pekanbaru. Kalau
di Pekanbaru mungkin cuma beberapa mall yang keliatan lagi natalan, karna ada
pohon natal dan menghidupkan lagu-lagu natal. Atau ada diskon dll. Kalau di Wamena,
semua orang ngerayain natal. Baik muslim maupun non muslim.
Wah,
bukannya haram merayakan natal bahkan mengucapkan selamat natal saja tidak
boleh?
Itu dia
pemirsa, karena tinggal di masyarakat yang mayoritas umat kristiani. Sebagai
pendatang harus menghargai dan menghormati. Nggak mungkin dong kita diem-diem
aja dirumah, sedangkan orang-orang terdekat
sedang berhari raya. Kalau masalah ngucapin ya nggak usah. Kalau aku sih ketika
salaman aku cuma bilang “Selamat”. Terserah deh selamat apa. Hihihi.
Jadi
ceritanya, H-3 aku nginap di rumah Nangborunya Hotma. Orang batak bermarga
Gultom. Walaupun tidak ada hubungan darah, tapi kalau satu marga bagi orang
batak mereka adalah saudara. Salut deh dengan kekompakan suku batak. Jadilah
aku sering nginap disana kalau lagi turun ke kota.
Dirumah ini
udah heboh banget mau ngerayain natal. Pohon natalnya aja tinggi banget sampe
ke plafon. Karena aku ngakunya orang
minang, jadilah si Om semangat banget buat nyuruh aku masak rendang. Si Om
langsung beli daging sapi 7kg. gilak apaa… mau pesta kali nih.. akhirnya
setengahnya di buat bakso. Dan jadilah aku chef sehari dirumah itu. Untung aja
rendangnya jadi rendang betulan dan banyak yang muji lebih enak daripada yang
di jual di warung padang katanya. Itu keajaiban.hahaa
masak rendang 5 jam baru selesai cyinnn... |
Malam natal,
setelah temena-teman yang Kristen pulang dari bdadah Misa di Gereja, anak-anak
UNMUL ngadain tukeran kado di sekre. Anak UNRI ada juga sih yang ikutan, tapi
aku enggak. Aku ikut ngeramein aja sama ikut foto-fotonya. Muehehe.. acara ini
di gelar di ruang tengah sekre yang jadi kebanggaan anak SM3T. karena rumahnya
gede banget dan kamarnya ada 9 biji. Malem itu ada games, sambutan-sambutan
selamat natal dan tukar kado. Acara ini di maksudkan untuk menghibur hati
temen2 yanga ngerayain natal tapi jauh dari ortu. Selain itu diharapkan bisa
menyatukan anak riau dan Kalimantan. Biar jadi sehati dan lebih kompak. #tosss
pohon natal di Sekre. hadiah dari salah satu kepala sekolah.. dan kado-kado yg isinya unik-unik. ala wamena jadi :D |
Di hari
Natal. Sebagian guru-guru SM3T di minta Wakil Bupati Jayawijaya utuk jadi
panitia open house di rumahnya. Aku nggak ikutan. Aku Cuma datang sebagai tamu
kesana. Hihi.. selain itu rombongan guru-guru SM3T yang tidak jadi panitia juga
ke rumah pak Bupati Jayawijaya, makan enak karena di sana lagi open house juga.
Pak Bupati sudah memastikan semua makanan halal, karna mengingat banyak tamu
yang muslim (yang semuanya adalah pendatang dari luar Papua). Dan benar saja,
ketika kami berkeliling kerumah guru-guru yang Kristen banyak tamu yang muslim
juga. Mereka bertamu selayaknya lagi
lebaran. Di setiap rumah ada kue-kue
yang di susun di toples-toples cantik, ada sirup, es buah, soto, sate, bakso,
atau makanan lainnya. Persis seperti lebaran. Bedanya, disetiap rumah disini ada
hiasan pohon natalnya. Sepertinya pohon natal jadi barang yang wajib ada di
setiap rumah yang merayakan natal.
pohon natal d rumah Bou nya Hotma. lebih tinggi dari aku |
Rumah yang
kami kunjungi bermacam-macam. Ada rumah kerabat guru di sekolah, ada rumah
Polisi yang menolong kami ketika perang suku, rumah pejabat pemerintahan, rumah
pejabat di kantor dinas Pendidikan dan banyak lagi. Karena Wamena ini kotanya
kecil banget, membuat masyarakatnya banyak saling kenal dan bahan bicara jadi
nggak ada habisnya.
Foto di
rumah polisi malam
Oa, satu hal
lagi yang sangat berbeda dari kota-kota lainnya. Selama hari natal sampai 2
hari kedepannya, semua toko, ruko dan pasar di larang berjualan. Semuanya
menghormati hari Tuhan. Bahkan perang suku aja di pending dulu. Abis natalan
baru di lanjutin lagi. Hihihi.. lucu deh.
Begitulah
sedikit cuplikan suasana natal dan tahun baru di Wamena. Pendatang disini
sangat menghormati umat kristiani. Katanya kalau lebaran, orang-orang Kristen
juga bakal berkunjung kerumah umat muslim. Jadi saling silaturahmi gitu deh. So
sweet kan orang Wamena.
Sampai jumpa
di cerita-cerita berikutnya.
Wa…wa…wa….
#salam ala Papua
Keren kak 😁 doakan aku ya kak biar bisa masuk angkatan V SM3T hehe. 😁
BalasHapusBlog dan artikelnya menarik sekali untuk disimak, sayang banget jika sampai terlewatkan...
BalasHapus