SM3T Memang memberi banyak
manfaat. Salah satu manfaat terbesar adalah memperoleh pengalaman yang nggak
semua orang bisa dapatkan. Selain itu, teman, kenalan dan kerabat jadi
bertambah. Kita bisa tau karakter orang yang berbeda-beda dan datang dari kota
yang berbeda. Jadi tau kebiasaannya, cara bicara, logat dan adat istiadat.
Hal-hal yang nggak bakal bisa di dapat kalau cuma duduk manis di rumah.
Bulan desember tahun 2014
ini bisa dibilang bulan full jalan-jalan. Dari berkujung ke danau habema, Danau
tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3225 m DPL, jalan ke distrik-distrik
di kab. Jayawijaya dan banyak lagi. Kali ini aku mau pamer cerita
perjalanan aku dengan teman-teman SM3T dari UNNES (Universitas Negeri Semarang)
yang kemaren “terdampar” di Wamena.
Aku ceritain sedikit
tentang temen-temen dari UNNES ini, Mereka
di tempatkan di Kabupaten Yahukimo,
Provinsi Papua. nggak ada akses darat dari kab. Jayawijaya menuju kesana.
Harus naik pesawat kecil (yang kalo terbang berasa naik roller coaster). Harga-harga disana
tentu lebih mahal, karena kabupaten pemekaran, semua logistik di kirim dari
Wamena. sayur-sayuran juga mahal banget karena di kirim dari Wamena (tempat aku
bertugas). Untungnya mereka dapat BAMA (Bahan Makanan)
dari PEMDA Yahukimo. Jadi nggak terlalu berat kalau soal makan.
Guru-guru SM3T dari UNNES
ini ada 26 orang, di tempatkan di 1 mess yang sama di ibukota Yahukimo. Jadi
mereka nggak di pisah-pisah dan di tempatkan di distrik-distrik seperti kami
yang di Wamena. Mereka semua tinggal di satu mess milik pemda dan setiap hari
goes jalan kaki ke sekolah.
SM3T YAHUKIMO |
Dari 26 orang, ada 12
orang yang berlibur kelling Papua. sedangkan 14 lainnya jadi penghuni mess
karena banyak maling disana. Petualangan mereka keren banget deh. Bayangin aja,
dari Yahukimo mereka naik kapal melintasi sungai menuju Asmat. Perjalanannya 2 hari 2 malam. Kalau malam, kapalnya berhenti
di tengah sungai yang di keliling hutan. Sampai di asmat, mereka lanjutkan
perjalan naik kapal besar ke Merauke.
Sampailah mereka di ujung nya Indonesia. Setelah keliling merauke, dari merauke
mereka naik pesawat Hercules (pesawatnya TNI, Biasanya di pakai untuk angkut
logistik) ke Wamena. Ongkosnya Rp.900.000. sampai di Wamena, mereka istirahat
di masjid, dan ketemu Irham, anak SM3T dari UNMUL. Karena mereka belum tau mau
nginap dimana, di ajakin deh kerumah Bu Rais, Mama angkat kami, dan dirumah bu Rais lah aku
ketemu mereka.
Malam minggu itu aku sendiri
yang nginap di rumah Mama, karena yang lain nginep di Sekre SM3T. nggak nyangka
hari minggu Mama ngajak temen2 UNNES Ke Napua dan Walesi. Dan Cuma aku anak
UNRI yang ikut. Untung aku anaknya fleksibel, bisa nyatu ama siapa aja,
muehehe. Dengan menyewa mobil andalan di
Papua, Strada siap nanjak Napua. Here we go…..
Tujuan pertama adalah ikut
acara maulid nabi yang di adakan di Distrik
Kimbim. Sekitar 40 menit dari kota Wamena. Tapi sayang seribu sayang,
ketika kami sampai, acara sudah selesai dan tinggal makan-makan. Tanpa
malu-malu kami langsung serbu prasmanan yang hari itu juga menyediakan rendang
sapi. Karena banyak pendatang dari Makassar di daerah ini, jadi komunitas
muslim lumayan banyak.
Selesai makan kami langsung
angkat kaki dan berangkat ke Napua. Si Vita dan Amrolani yang kami temui di Kimbim
ikut rombongan. Jadilah kami sempit-sempitan di bak mobil strada. Dari atas
pegunungan Napua kita bisa lihat kota Wamena yang Cuma seiprit dan di kelilingi
gunung. Disana juga ada kebun stroberi yang buahnya bisa kita petik sendiri.
dibawah itu loh kotaa wamena |
stroberinya bisa metik sendiri cuy.. |
Di Napua kami nggak sempat
ke air terjunnya, soalnya udah kesorean banget. Sedangkan untuk menuju air terjun Napua harus jalan kaki sekitar
30 menit masuk hutan. Akhirnya di putuskan ke air terjun Walesi yang nggak
terlalu jauh jalan kakinya. Pak Rais yang bertindak sebagai supir pun mengarah
kembali ke kota dan masuk ke distrik Walesi.
Waktu kami sampai,
temen-temen UNNES banyak yang heran karena anak-anak Papua di Walesi memakai
jilbab. Layaknya guide ahli, aku pun menjelaskan kalau Walesi ini adalah kampung
muslimnya Wamena. Tempat pertama kali ajaran islam masuk di jayawijaya. Si
Salam yang senyumnya lebar langsug merinding dan terharu mendengar
penjelasannku. Dia nggak nyangka di Papua yang mayoritas Kristen ternyata ada
satu kampung yang masyarakatnya adalah muslim.
di kampung muslim Walesi. Wamena. Kabupaten Jayawijaya. Papua |
Di Walesi, Mama, Bapak dan
Vita istirahat di posko SM3T nya Ranti, Fatma, Erna dan Fitri. Sedangkan aku
dan anak-anak UNNES jalan ke air terjunnya. Karena ini yang ke tiga kalinya aku
ke Walesi, Lagi-lagi aku ambil sikap layaknya guide professional. Muhehehe.
Kami nggak berani berenang
karena udah kesorean. Jadi Cuma foto-foto bentar, abis itu langsung pulang.
Seneng banget seharian bisa jalan-jalan dengan anak UNNES, kemungkinan mereka
ke Wamena lagi bulan agustus untuk nonton festival lembah baliem. Akhirnya,
selamat kembali bertugas di Yahukimo. Nice to see you all. Sampai ketemu di
perjalanan selanjutnya…. #dadah dadah ala seleb
#Terimakasih untuk
sponsor acara ini. Mamak dan Bapak Rais.
We Love you ^_^
waw, baru tahu ada anak2 Unnes bisa sampai ke wamena. :D aku alumninya hehe
BalasHapuswah kamu alumni UNNES?
Hapusudah 2 tahun ada anak UNNES DI papua :)
eeemmmm keren mba.....jadi pengen melancong...
BalasHapusmaaf baru mampir nih baru buka blog hehehe
masih inget mama ane mba????:)
kamu siapa kamu siapa?? #mendadak amnesia
Hapusiya aku barusan udh main ke blog mu. udh berubah banget ya, sampean pangling...