Baca cerita sebelumnya : mengejar salju di kaki gunung trikora
Mobil Rusak Dapat
Emas
Belum sampai ditujuan, kami berhenti di tengah jalan yang
sama sekali tidak ada manusianya. Rumah penduduk pun tidak ada. Ternyata mobil
rusak. Kalau tetap melanjutkan perjalanan ke atas bukit dikhawatirkan mobil
nggak bisa dipakai untuk kembali ke wamena. Kami istirahat sembari menunggu supir
memperbaiki sesuatu yang rusak di mobilnya. Ternyata di pinggir jalan banyak
batuan yang bentuknya mirip seperti emas. Teman-teman UNESA yakin itu emas.
Wah.. langsung deh kami heboh nyariin batu kecil-kecil yang berkilauan terkena
sinar matahari. Entah emas atau bukan yang jelas dikumpukan saja dulu. Hahaha..
juga banyak macam batu akik kristal disana. Mario bahkan memenuhi tasnya dengan
batu akik. Mau bikin rumah kali yeee
ketika mobil mogok. look at the cloud! |
atur strategi biar tetap bisa nyampe air terjun |
4000mdpl? jangan percaya! itu dusta teman :D |
Kami Namai air terjun
itu UNRI, UNMUL dan UNESA
Setelah supir mencoba memperbaiki (ternyata cuma ngecek),
diputuskan untuk segera kembali ke wamena. Karena mobil dipastikan tidak akan
kuat untuk terus naik ke atas.
What?? Kita udah jalan sejauh ini dan pulang gitu aja?
Padahal air terjun sudah terlihat dari kejauhan. Walaupun keliatannya
keciiillll… banget, tapi air terjun itu sudah di depan mata. Masak nggak bisa
mobilnya jalan dikit lagi aja? Sudahlah gagal dapat salju. Masak air terjunnya
juga gagal? Sia-sia dong ekspedisi hari ini.
Musyawarah di tengah jalan cukup lama. Aku pengennya jalan
kaki menuju air terjun itu. Yang lain juga banyak berfikiran seperti itu. Tapi
supir mengkhawatirkan fisik kami. Katanya, air terjun itu walaupun sudah
terlihat, tapi sebenarnya masi jauh baanget. Butuh waktu kira-kira 1 jam jalan
kaki untuk bisa sampai kesana. Supir yang katanya udah pengalaman ke daerah itu
menyarankan untuk kembali ke wamena aja. Supir nggak mau ambil resiko.
Tapi keinginan kami kuat. Anak-anak UNESA sudah terbiasa
jalan kaki. Untuk sampai ke ibukota Memberamo Tengah, mereka pernah harus jalan
kaki 12 jam melintasi gunung, sangai dan hutan. Aku dan akhwat-akhwat lain juga
sudah biasa jalan kaki. tapi ya tentu saja tidak sampai belasan jam. Untuk
sampai ke posko ku dari pemberhentian mobil harus jalan kaki mendaki bukit
selama 20 menit. Dan itu kulakukan setiap minggu. Setiap pulang pergi dari posko
ke kota. Oh come on… kami ini guru-guru SM3T yang sudah dilatih mental dan
fisiknya sebelum di lempar ke Papua. #sombooonng…
Melihat keinginan kami yang sangat kuat, supir pun
mengizinkan kami memulai perjalanan ke air terjun tiga tingkat itu. Karena kami jalan kaki, kami memilih jalan yang sekiranya
paling dekat dan paling lurus menuju air terjun. Jalan ini melewati padang
rumput yang luasnya entah berapa hektar. Luas banget! Sedangkan jalan yang bisa
dilewati mobil itu berkelok-kelok dan akan menghabiskan tenaga dan waktu. Jadi
kami pun masuk ke jalan pintas yang kami buat sendiri.
Ternyata benar yang
dikhawatirkan oleh supir. Jalannya jauh, dan lembab. Salah pijak bisa tenggelam
dalam lumpur. Untung bukan lumpur hidup. Selain itu petunjuk jalan kami hanya
arah air terjun yang kami dilihat ketika di dekat mobil tadi. saat sudah
berjalan sekitar 30 menit. Air terjun sudah tidak terlihat dan kami mulai
kehilangan arah di tengah padang rumput. sudah lebih 1 jam berjalan lurus ke
depan tapi padang rumput ini seperti tak berujung. Seperti mengejar sunset,
matahari nya terlihat dekat. Seperti itulah kami mengejar bukit yang punya air
terjun itu. Kayaknya dekat tapi kok udah 1 jam nggak nyampe-nyampe… kak Ratmi
mulai tepar, sudah tidak sanggup berjalan. Ia bahkan pasrah untuk di tinggalkan
saja di tengah padang rumput itu. Kalau dilihat dari fisik kak ratmi memang
tidak sekekar kami para cewek-cewek SM3T yang biasa jalan kaki ke posko. Kak
Ratmi tinggal di kota Wamena dan bekerja di kantor BPS. Beda banget sama kami
yang bertugas dipelosok. Untuk hal ini aku bangga bisa jadi guru SM3T #pamerin
otot
Kami putuskan untuk istirahat sebentar sambil menikmati
indahnya pemandangan. Memang Papua ini dasarnya surga dunia! Dimana aja bagus!
kamera dikeluarkan dan jepret.. jeprett..
entah awan entah kabut. kereenn |
Puas foto-foto, perjalanan pun dilanjutkan. Cowok-cowok kami
jadikan guide di depan. Berjalan sesuai arah mata angin, eh sesuai perasaan deh
kayaknya. Kak Ratmi tetap ikut berjalan tapi lumayan jauh tertinggal di
belakang. Ada laki-laki juga jalan di deretan paling belakang untuk
berjaga-jaga.
Kaki mulai kram karena kedinginan. Perut mulai lapar dan
jari-jari tanganku kalau di sentuh kayak disetrum karena kesemutan. Padahal aku
sudah memakai sarung tangan. Tapi diantara lelahnya kami, suara air terjun
mulai terdengar sayup-sayup. Beberapa detik kami saling diam memastikan apakah
itu benar-benar suara air atau hanya fatamorgana pendengaran (emang ada?)
ternyata itu benar-benar suara air terjun. Maka bersorak-sorak bergembiralah kami. Perjalanan
sudah dekat! Semangat kami terbakar lagi. Kalau tadinya berjalan sesuai
perasaan, sekarang kami berjalan mengikuti asal suara air. Wow. What a
wonderfull journey!
Setelah menyebrangi sungai dengan air selutut yang tentu
saja tidak ada jembatannya, kemudian merangkak memanjat sebuah tanjakan dengan
napas ngos-gosan. Dan taraaaaa… terpampanglah pemandangan yang luar biasa
indahnya. Air terjun tiga tingkat sudah di depan mata. Beberapa lelaki berlari ke arah air terjun
yang jaraknya kira-kira masih sekitar 300 meter lagi. Aku Cuma menghela napas
lega. Alhamdulillaah… Akhirnyaaa.. ketemu juga nih air terjunnya.
itu loh air terjunnya.. yang terlihat warna putih nun jauh disana... |
Masi jauh banget mbaaakkk... |
mati gaya. kedinginan |
versi dekat. |
Karena perjuangan kami menemukan air terjun ini cukup berat,
dan air terjun ini belum punya nama, maka kami sepakat memberinya nama. Air
terjun ini ada 3 tingkat. Dan kebetulan kami dari 3 universitas berbeda, maka
kami namakan air terjun tingkat pertama itu UNRI, tingkat kedua UNMUL, dan
tingkat paling atas kami namakan air terjun UNESA. Hahaha, jadi merasa seperti
colombus yang menemukan benua Amerika dan menamakan seenaknya. Kami memutuskan
nama ini diam-diam karena selain dari 3 kampus in masi ada Relawan BSMI seperti
Dokter Poby, kak Ratmi, Dokter Ghazali dll yang ‘belum punya air terjun’.
Biarkanlah kami bahagia. hahaha
Untuk sampai di tingkat kedua, harus menanjak bukit yang
kemiringannya lumayan ngeri. Jadi kami tidak naik dan hanya menikmati
pemandangan dari tingkat paling bawah.
akhirnyaaaa.. sampe jugaaaaaaaaa |
Perut sudah sejak tadi keroncongan didukung oleh cuaca yang
dingin, tapi keindahan lembah baliem ini benar-benar menghipnotis. Aku bahkan
lupa kalau sandal gunung dan kaos kakiku sudah basah oleh lumpur. Dokter Poby
bahkan kehilangan sendalnya di aliran air terjun. Padahal itu sandal kesayangan
yang katanya seharga 300k. #Kurang sedekah tu dok.. hahaha
Perjalanan pulang kembali ke mobil tidak terasa jauh karena
sudah tau rutenya. Ternyata supir sudah risau setengah mati menunggu kami yang
tak muncul-muncul berjam-jam. Ya iyalah… perjalanan nya aja hampir 4 jam! Belum
leha-lehanya, foto-fotonya. Ah.. mengertilah pak supir..
Pulangnya kami masi sempat berhenti di tepi jalan yang
ditumbuhi bunga edelweiss. Iya, bunga abadi yang nggak bakalan layu itu. Tapi
karena diantara rombongan kami ada beberapa anak pecinta alam dan melarang
keras bunga itu di petik, akhirnya kami nggak jadi petik bunga deh. Padahal aku
pengen bawa pulang bunganyaaa…
dari atas Danau Habema. Danau Tertinggi di Indonesia |
SUMPAH! ini orangnya yang maksa-maksa aku nulis begini :D |
alay gitu ya. nama adik2 gue sebutin semua :D |
nggak ngerti sama konsep fotonya. tapi danaunya baguss |
Kami makan siang di tepi jalan yang menghaap ke Danau
Habema. Terpal digelar, nasi bungkus dibagikan. Ah.. nikmatnya makan di atas
ketinggian dengan pemandangan danau yang indah ini. terimakasih ya Allah.
Engkau antarkan aku ke Papua dengan segala keindahannya ini…
makasih teman-teman yang udah
maksa aku ikut trip ini. Walaupun kita gagal dapat salju, tapi menemukan air terjun ini rasanya WAH banget. Makasih teman2 UNESA (Mario-Firman, Daus, Udin(, temen-temen SM3T UNMUL (Sony, Bagas, Muti, Rina, Tami) dari BSMI Jayawijaya (Kak Ratmi, Dokter Poby, Mas Toha yang sellau bersedia jadi tukang foto). Thank you all for the awesome journey!!
Thanks for read! Sampai ketemu di perjalanan selanjutnya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setelah baca tapi nggak ninggalin komentar itu sayang banget. ayo dong dikomen. penulis ingin tau reaksi pembaca.. makasih buat yang udah komen :)