Belajar Menghargai Kebaikan dari Mas Gagah
Risah Icha Az-zahra
1/31/2016 01:00:00 PM
28 Comments
Review film : Ketika Mas Gagah Pergi
Alhamdulillah, setelah gagal nobar KMGP bersama FLP kemaren, hari ini kami para FLPers Pekanbaru sukses ikutan nonton bareng film fenomenal
ini. Kami nonton jam 09.30 it’s mean kami datang ke bioskop pagi-pagi saat
pintu mall belum buka. Jadi harus naik lift barang. hihihi. Sampai di bioskop terlihatlah pemandangan
yang tak biasa. bioskop hari ini jadi lautan jilbab dengan ikhwan-ikhwan
berwajah teduh. Anak-anak panti asuhan dan anak-anak pesantren yang diundang
juga rame di bioskop itu. Wew, ada kurang lebih 500 orang yang akan menonton di
2 studio yang sudah dicarter oleh penyelenggara nobar ini. kerreenn..!!!
Seperti apa sih film yang bikin penasaran ini? gimana aktingnya
aktor baru Hamas Syahid dalam film ini. kenapa film ini sempat turun layar
padahal penontonnya sebanyak ini? kenapa harus cater bioskop dulu dan dilunasi
H-3 untuk bisa menonton film ini di bioskop? Segitu takutnya pemilik bioskop
memutar film ini? yok kita simak liputannya setajam pisau! #pake gaya fenny
rose
Mas Gagah, sosok kakak yang begitu dekat dengan adiknya, Gita.
Selalu melindungi dan tau betul caranya bersenang-senang dengan adiknya. Tapi tiba-tiba
sepulang dari Ternate Mas Gagah berubah! Bajunya yang modis berubah menjadi
koko, wajahnya yang maskulin dihiasi jenggot tipis. Mas Gagah bahkan berani
meninggalkan dunia modeling!
Sang adik yang menjadi sedikit terabaikan karena kesibukan
kakaknya untuk berhijrah menjadi kalut. Gita tidak bisa menerima perubahan
kakaknya. Mas Gagah tidak bisa lagi di ajak nonton konser, nongkrong di cafe dan
kegiatan-kegiatan lainnya. Bahkan Mas Gagah mengorbankan uang tabungannya yang
harusnya untuk traveling ke luar negeri bersama Gita, untuk membangun rumah
singgah anak-anak pinggiran. Mas Gagah ingkar janji. Gita murka dan menuntut
penjelasan.
Dua bulan di Ternate ternyata merubah Mas Gagah menjadi sosok
yang berbeda. Gita merasa seperti ada orang lain di rumahnya, bukan lagi Mas
Gagah yang dulu. Belum lagi hadirnya Yudi yang setiap hari selalu ditemuinya di
bus kota untuk berceramah panjang lebar seperti Mas Gagah. Apa Yudi adalah
orang suruhan Mas Gagah untuk mengawasinya di bus kota? Apa yang membuat Mas
Gagah berubah sedrastis itu? Tonton filmnya di bioskop terdekat #eaakk…
Yang bikin mata nggak bisa lepas dari layar film ini adalah Hamas
Syahid yang berperan sebagai Mas Gagah. Sumpah demi anak-anak kucingku, Mas
Gagah nya beneran gagah banget! *ngiler di bangku. Walaupun itu jenggot keliatan
palsunya, tapi ketampanan dan kharisma Mas Gagah benar-benar mempesona
penonton. saat Mas Gagah menemani adiknya mengerjakan PR, mengantar jemput
adiknya ke sekolah, berantem melawan preman dan mendirikan rumah cinta. Ahh..
doski keren bangeettt… belum lagi bacaan qur’an nya yang bagus dengan tahsin
yang mulus. Bikin klepek-klepek. Hua.. Ummi, aku pengen juga punya kakak kaya
gitu *ditabok ummi pake codet.
Aquino Umar yang berperan sebagai Gita juga natural banget
aktingnya. Katanya doski aktris baru tapi sama sekali nggak keliatan kaku. Aktingnya
Aquino Umar sebagai adiknya Mas Gagah cucok banget. Sesuai sama imajinasi pembaca
bukunya Helvi Tiana Rosa yang udah 20 tahun masi aja terus cetak ulang. Karakter
Gita yang manja dan butuh perlindungan dari Mas Gagah dapet banget diperankan
oleh Aquino umar. Selain itu, yang aku suka dari film ini. meskipun ada pemeran
yang tidak memakai jilbab, tapi kostum mereka sopan-sopan. Seperti Aquino Umar yang
berkarakter tomboy, tapi tidak pernah memakai tank top atau celana hot pans di
film ini. Dia cuma memangkas pendek rambutnya, dan Viola! Aquino Umar yang
aslinya feminim dengan rambut panjang bisa jadi Gita dengan karakter tomboy
nya. Salut untuk totalitasnya dalam akting.
Selain pemeran-pemeran utamanya yang merupakan pendatang baru
di dunia akting. Film ini juga didukung oleh lebih dari 30 artis-artis senior. Sebut
saja Wulan Guritno yang berperan sebagai Mamanya Mas Gagah, Epi Kusnandar
sebagai preman, Ali Syakieb sebagai pencopet, bahkan Sule juga ikut berperan di
film ini walaupun cuma duduk sebagai penumpang bis. Hihihi. Penonton seolah
dapat surprise di setiap scenenya dengan hadirnya pemeran-pemeran pendukung
yang biasanya kalau di film lain doi jadi pemeran utama. Seperti Shiren Sungkar
yang kebagian peran jadi pemain teater, Joshua yang jadi teman kampus Mas Gagah
dan masi banyak lagi artis-artis senior yang
turut berperan di film ini dan mengundang gelak tawa penonton .
Film yang diawali dengan memamerkan keindahan Ternate juga
memukau penonton, di tambah lagi kegagahan Mas Gagah tadi. Tapi sayang seribu
sayang, pengambilan gambar di Ternate sangat sedikit dan hanya dari satu sisi
saja. Mungkin biar penontonnya penasaran dan langsung pergi ke Ternate *plak! Analisa
macam apa ini.
Memang banyak hal yang bikin penonton penasaran dalam film
ini, selain tentu saja karena film ini dibuat bersambung, juga ada banyak
adegan yang seolah lompat-lompat. Aku yang sudah berulang kali membaca bukunya
(sebelum nonton aku juga membaca lagi) agak bingung dengan jumping scene di film
ini (istiah macam apa itu!). Tapi karena sudah exited, ku abaikan saja. Seperti
ketika Gita dan mama mengantar Mas Gagah ke bandara dan tau-tau Mas Gagah nya
udah pulang dengan penampilan yang berbeda. Mbok ya di kasi keterangan tertulis
“2 bulan kemudian” gitu ya. Meskipun perubahan penampilannya hanya dari baju modis ala
model yang berganti menjadi baju koko dan jenggot tipis yang keliatan itu ditempel. Sedangkan celananya masih menggunakan
jeans yang ketat dan memperlihatkan bentuk kaki *aku kan jadi haaaauss liatnya.
*tutup mata .
Jumping scene di bandara bukanlah satu-satunya adegan
lompat-lompat di film ini. masi banyak lagi yang bikin kening berkerut. Bagi yang
sudah pernah membaca bukunya, ini seperti nonton trailer yang durasinya
panjang. Ibarat nonton cuplikan-cuplikan dari buku. Kalau aku jadi penonton
yang belum pernah baca bukunya, pasti aku nggak ngerti dan butuh seorang guide untuk
menjelaskan lebih detil. Kenapa dia begini, kenapa begitu. Loh kok tiba-tiba
dia ada disini, emang kenapa dia begitu? Dan banyak pertanyaan-pertanyaan
sejenis yang muncul. Apa IQ gue yang emang
jongkok.
Yudi yang ’ceramah’ di bus kota juga cukup mengganggu. Kalau dibuku
sih asik aja membaca sosok Yudi yang membuat Gita jadi teringat kakaknya. Berdakwah
dimana aja dan kapan aja, sampai-sampai di bus pun dia ceramah dengan semangat
45. Anti mainstream banget cara berdakwahnya. Tapi ketika di visualkan ternyata
jadi agak keki.
Terlepas dari itu semua sosok Mas Gagah disini memang
menginspirasi banget. Menginspirasi untuk berhijrah, untuk ngemong adik, untuk
melakukan kebaikan apa aja yang kita bisa. Udah sering denger dong ya, dari
pembaca buku yang dapet banget feel buku ini dan terinspirasi untuk berhijrah. Sebut
saja kak Siti, temen aku di FLP Pekanbaru yang juga menjadi ‘korban’ dari efek
membaca buku ini. beliau yang juga punya kakak yang selalu mengajak kepada
kebaikan seperti Mas Gagah ini. Sejak baca buku KMGP jadi terinspirasi untuk
berhijrah dan taraa… sampai sekarang Alhamdulillah tetap istiqomah.
Kalau dilihat dari idealisme Helvi Tiana Rosa yang merupakan penulis
buku sekaligus produser film ini memang bikin salut dan patut diapresiasi. Dakwahnya
tersampaikan dengan mulus. Seperti ketika mengenalkan apa itu nasyid, apa itu ikhwan yang bikin seisi bioskop terngingkal-pingkal
tertawa karena penyampaiannya yang humoris tapi masuk ke otak penonton, bahwa
ikhwan itu bukan sejenis makanan seperti bakwan atau tekwan. Hahaha. Juga didukung
bahasa kekinian yang membuat film tidak ketinggalan zaman seperti memvisualkan
buku yang lahir 20 tahun lalu . Konflik Palestina juga berhasil diangkat di
film ini. Menyentil kita sebagai muslim harusnya tidak bisa tinggal diam
melihat kekacauan di Palestina. Film ini sukses membuka mata orang awam tentang
hijrah, tetang berubah menjadi lebih baik. Ada kalimat dari buku yang juga ditampilkan
menonjol di film ini.
“Ketika kita tidak dapat memahami suatu kebaikan, maka
cobalah untuk menghargainya.”
Berasa di tabok kan sama kata-katanya? Kalimat ini berkesan
banget di otakku. Sering kali kita sewot liat si anu yang tiba-tiba aja
jilbabnya jadi lebar, mengerutkan kening ketika melihat si ono udah pake
jenggot. Padahal kalau kita belum bisa memahami kebaikan itu, menghargai saja
sudah cukup.
last but not least, film ini layak untuk segera kamu tonton. Film
ini ibarat oase di tengah gersangnya film-film islami yang tampil di bioskop. Film
yang mengajarkan banyak hal untuk menjadi lebih baik. Aku dan ribuan penonton
sangat menantikan versi lengkap dari film ini. Semoga segera tayang dan bisa lebih
memuaskan penonton! Bravo untuk tim KMGP the Movie!
More info:
sebagian adik-adik dari Panti asuhan dan rumah Tahfiz yang diundang nobar |
adik-adik dari Pesantren Dar el Hikmah Pekanbaru |
karena foto barengnya crowded banget. jadi kita foto berdua aja deh |
tempat duduknya sudah di atur agar tidak bercampur ikhwan dan akhwat |