Satu Bulan di Medan
Risah Icha Az-zahra
4/14/2016 08:36:00 AM
32 Comments
Tepat hari ini, satu bulan
yang lalu kami sedang rempong di bandara Sultan Syarif Qasim Pekanbaru. Air
mataku sempat jatuh ketika akhirnya bersalaman dan memeluk orang tuaku. Padahal
sebelumnya tidak ada sedikitpun rasa sedih, karena ini hanya perpisahan setahun
untuk ke Medan, bukan ke Papua! tapi saat aku tinggalkan Buya sedang sakit,
masih harus bolak balik ke rumah sakit, terapi dan segala macamnya, siapa nanti
yang akan wara wiri mengantarkan Buya, itulah yang membuat aku tak bisa menahan
tangis ketika memeluk dan mencium Buya di bandara. Buya yang walaupun tidak enak
badan tetap ikut mengantarkanku ke bandara, bahkan dengan semangat ngobrol
dengan supir taksi bahwa anak gadisnya ini mendapatkan beasiswa Full kuliah di
Medan. Buya yang malamnya masih tidak bisa bangun dari kasur, tapi pagi ketika
berangkat dengan semangatnya bercerita bahwa anak pertamanya ini akan di didik
untuk menjadi guru professional di asrama. Ah Buya, tetap lah sehat, tunggu aku
kembali dan membahagiakanmu.
Sampai di medan kami
disambut oleh ketua PPG UNIMED di ruangannya yang walaupun sudah jam 5 sore
masih tetap buka. Kemudian kami di antarkan menuju asrama yang ternyata sedang
di renovasi. Kami pun di tempatkan sementara di asrama Putra. Di sana kami
bertemu alumni SM3T dari Padang yang akan bersama-sama PPG di UNIMED juga.
Jadilah malam itu kami berbahasa minang ria. Hihihi. Malam pertama di asrama
kami makan bersama nasi bungkus di gelaapnya lorong kamar, mati lampu. Sial.
Paginya di sibukkan dnegan
urusan registrasi, daftar ini itu dan tetek bengek lainnya. Aku kira semua
urusan akan selesai dalam satu hari. Ternyata membutuhkan 3 hari untuk
menyelesaikan semua adm itu. Harapanku untuk ajojing ke pulau Samosir menikmati
indahnya Danau Toba luluh lantak. Ditambah lagi teman-teman ku yang lain
ternyata sudah pernah ke Medan. Jadi aku
doang yang exited ingin ke samosir. Padahal hanya ada waktu kosong 3 hari untuk
mengurus semua adm. Selanjutnya sudah masuk kegiatan orientasi kampus. Semoga
ada waktu dan rejeki yan pas di lain waktu.
Medan ini tidak jauh dari
yang aku bayangkan, sebuah kota besar dengan kemacetannya. Dan udaranya
yang super panas. Jenis panas di medan
beda sama di Pekanbaru. Kalo di Pekanbaru panasnya menyengat kulit tapi nggak
bikin keringetan, di Medan ini cuacanya
menyokong kulit untuk lebih banyak memproduksi keringat. So, siang-siang di
medan itu buanjir keringat. Bahkan subuh pun kami mandi keringat di kamar tanpa
kipas angin itu. Karena sering kepanasan jadi dehidrasi terus, jadi banyak
minum. Dan insyaallah kalau banyak minum jadi sehat
Untuk adaptasi sebenernya
nggak susah, aku ini tipe orang yang mudah adaptasi. Di Papua aja
dengan mudahnya adaptasi dengan warga, dari wali murid, pendeta, pemuda desa,
bahkan tukang mabuk pun aku jadikan teman. Tapi satu bulan di Medan aku belum
dapet temen deket, belum bisa bener-bener gabung sama teman-teman asli Medan.
Soalnya aku selalu barengan sama teman2
dari Riau dan Padang. Makan bareng, padahal di ruang makan itu ada 199 anak PPG
lainnya, pergi ke luar bareng, belanja bareng, jalan-jalan bareng. Sampai ada
temen dari Medan yang bilang kami nggak bisa adaptasi. Sedihnya denger ada yang
bilang gitu. Need more time aja kali ya. tapi setelah sebulanan ini di kampus udah bisa adaptasi dengan baik dong. Temen-temennya baik2, care dan banyak pelawaknya.
Anak Riau dan Padang ke pasar begini. keroyokan |