Generasi 2000 an atau yang
lebih dikenal dengan generasi Milenial yang hidup dizaman kemudahan tentu tidak
akan pernah kenal dengan yang namanya Korespondesi jika tidak di kenalkan.
Padahal kegiatan korespondesi itu sangat seru dan menegangkan!
Emang korespondensi apaan sih?
Nah, kalau kamu punya
pertanyaan seperti itu ketika membaca paragraf pertama, maka kamu termasuk
generasi milenial zaman now. Atau mungkin kamu hidup di zaman dulu tapi kurang
gaul. Ups!
Jangan ngambek dulu, aku
bakal jelasin kok. Sini-sini baca sambil makan cemilan dulu…
Korespondensi adalah
kegiatan surat menyurat antara dua orang atau lebih secara terus menerus,
artinya kita kirim surat, dibalas sama yang bersangkutan, kita balas lagi dan
begitu seterusnya sampai Lee Min Ho melamar aku. krik krik krik.
Dengan berkorespondensi,
kita akan memiliki sahabat Pena. Orang yang kita kirimi surat ini bisa orang
yang kita kenal, bisa juga orang yang tidak kita kenali. Aku ceritakan sedikit
nih ya, tentang pengalaman aku berkorespondensi selama kurang lebih 7 tahun.
Wew, lama juga ternyata.
Dulu, aku tinggal di
Asrama di sebuah Pondok Pesantren. Dimana waktu itu hobi sekali membaca,
terutama novel dan majalah-majalah islami, kalau buku pelajaran sih kurang Hobi
ya. hihihi. (Don’t Try this at home!).
Majalah langgananku adalah Majalah Muslimah dan Annida dengan ciri khas
Nida si Akhwat dengan jilbab panjang menjulur, sedangkan Novel-novel yang aku
gandrungi dari dulu adalah novel-novel islami terbitan Mizan (saat ini Mizania)
yang kebanyakan penulisnya adalah dari komunitas FLP (Forum Lingkar Pena). Di masa itu, saat aku masih memakai rok biru
dongker, aku bermimpi ingin bisa menulis cerpen dan menjadi anggota FLP. Yang
terwujud 5 tahun kemudian. Alhamdulillah.
Dari berlangganan majalah
Annida, aku mendapatkan info novel-novel islami terbaru, dan mulai menjadi
idola para penulis novel islami seperti Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Afifah
Afra, Gola Gong, Pipiet Senja sekeluarga dan banyak lagi. Selain mendapatkan
info novel terbaru, di majalah Annida juga dulunya terdapat kolom “Sahabat
Pena”. Kolom itu memuat foto dan biodata
singkat para koresponden. Disitu aku mencoba mengirimkan surat pertamaku kepada
salah satu wanita berjilbab yang kuliah di UNJ. Jadi ceritanya aku mau
sahabatan pena sama anak kuliahan, yang mana saat itu aku masih MTs, atau
setara SMP. Hehehe… eh tapi aku lupa sih, dapat biodata dan alamat mbak
kuliahan itu di majalah Annida atau Majalah Muslimah yang dulu juga sempat
terkenal.
Singkat cerita, suratku
untuk mbak kuliahan itu dibalas! Wow, bukan main senangnya. Surat itu aku bawa
dan pamerkan ke kamar-kamar teman-teman di asrama. Mungkin saat itu satu pondok
tau bahwa aku mendapatkan surat dari sahabat pena.
Disurat yang hanya berisi
salam perkenalan dan sedikit bercerita mengenai dirinya dan juga kegiatannya
sehari-hari, langsung aku balas dengan cerita panjang lebar tentang
keseharianku menuntut ilmu di Penjara Suci. Dari susahnya ujian yang soalnya
100 dan essay semua, sampai cerita masalah persahabatan dengan teman-teman di
asrama. Semua ku tulis dalam surat yang berlembar-lembar dengan hati riang
gembira.
Surat selanjutnya, ia
memintaku mengirimkan foto. Di dalamnya ia selipkan pula fotonya yang berpose
di depan Candi Borobudur dan berencana akan mengajakku kesana suatu waktu. Wow,
alangkah bahagianya si Risah kecil. Bertahun ku jalani berkorespondensi
dengannya sampai akhirnya aku mulai menggunakan
Friendster di tahun 2008 dan kami bertemu di dunia maya. korespondensi pun
terhenti begitu saja tanpa kami sempat bertemu di dunia nyata. Padahal waktu
itu aku sekolah d Jakarta Selatan, dan dia Kuliah di UNJ di Jakarta Timur.
Which is memungkinkan untuk kami bertemu alias kopi darat.
Itu adalah cerita salah
satu sahabat penaku. Selain mbak kuliahan itu, aku juga punya beberapa sahabat
pena yang seumuran denganku yang aku temukan dari berbagai macam kesempatan.
Seingatku ada Maya yang merupakan sepupu dari temanku, ada Anindya yang
merupakan anak donatur yang pernah membuat acara di sekolahku, dan banyak lagi.
Di masa itu, dalam sebulan aku selalu menerima dan mengirimkan surat. Ah indah
sekai masa-masa itu.
Foto surat
Memiliki sahabat pena
adalah suatu hal yang membanggakan pada masa itu. Dan tentu saja banyak
manfaatnya. Selain menjadi terlatih menulis, menambah relasi, juga membuka
wawasan di saat belum ada kolom search Google saat itu.
Jangan lupakan bahwa Ibu
kita R.A. Kartini juga memulai perjuangannya dengan menulis surat dan
menceritakan kegelisahannya kepada temannya yang bule, sampai akhirnya kartini
menulis buku “Habis Gelap terbitlah terang” dan berhasil memperjuangkan hak
perempuan di masa itu.
See? Berawal dari
korespondesi lohh…
Karena itulah aku sebagai
guru yang merasakan dua zaman, yaitu zaman pra gadget dan zaman gadget. Merasa
perlu untuk mengenalkan ke peserta didik mengenai korespondesi ini. sehingga
mereka juga bisa memiliki sahabat pena dan bertukar cerita melalui tulisan.
Berhasilkah aku
mengenalkan mereka dengan korespondesi?
Bagaimana sikap mereka
ketika di ajak menulis surat di zaman digital ini?
Baca postingan selanjutnyayaaa… keasikan nostalgia, jadi kepanjangan postingannya. Hihihi
-Risah-
Guru Gaul yang pernah
punya Hobi Korespondensi.
*PART 2 >> Mengenalkan Siswa Generasi Milenial dengan Korespondensi
*PART 2 >> Mengenalkan Siswa Generasi Milenial dengan Korespondensi
Duhhh sahabat penaaa jadi inget masa lalu
BalasHapusPernah sahabatan pena juga mba?
BalasHapusKetauan kan umurnya. hahaha
Dulu sahabat pena ambil dari majalah bobo.
BalasHapusKukirimkan dia Surat dan 1 paket binder dan refill (karna jualan itu dulu)
Tpi suratku Tak berbalas.
Mungkin tak sampai tu mut.. >.<
Hapus.
Wah tazah kreatif banget yaaaa
BalasHapusU la laaa
HapusSemangat ngeblognya...
BalasHapusAgar banyak yg berkunjung
Semangat ngeblognya...
BalasHapusAgar banyak yg berkunjung
hermes birkin
BalasHapuskyrie shoes
cheap jordans
goyard outlet
authentic jordans
air jordan
kyrie shoes
giannis antetokounmpo shoes
kyrie shoes
off white shoes outlet